Laman

Rabu, 16 November 2011

Shorof I

Pengertian shorof/tashrif
Shorof menurut bahasa adalah berubah atau mengubah. Mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain. Misalnya merubaah bentuk bangunan rumah kuno menjadi bentuk bangunan rumah yang modern.

Adapun menurut istilah, shorof adalah berubahnya bentuk asal pertama yang berupa fi’il madhi, menjadi fi’l mudhori, menjadi mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, fi’il nahi, isim jaman, isim makan sampai isim alat.

Maksud dan tujuan dari perubahan ini adalah agar memperoleh makna atau arti yang berbeda. Dari perubahan satu bentuk ke bentuk lainnya di dalam ilmu shorof dinamakaan shighot.

Dari hal ini, ilmu yang mempelajari berbagaii macam bentuk perubahan kata, asal usul kata atau keadaannya dinamakan dengan ILMU SHOROF.

Perbedaan yang mendasar antara shorof dan nahwu secara gampangannya adalah klo shorof untuk membaca kitab atau tulisan yang gundul, sedangkan nahwu untuk mengetahui makna dari kitab gundul tersebut. Sehingga antara nahwu dan shorof tidak boleh dipisahkan dalam penggunaannya.

Pembagian tashrif
Dalam ilmu shorof, para ulama telah membagi tashrif ini menjadi dua macam, yaitu TASHRIF LUGHOWI dan TASHRIF ISTILAHI.
• Tashrif lughowi adalah tashrifan untuk mengetahui pelaku dari fi’il tersebut yang berdasarkan dhomir.Contoh dari tashrif ini adalah apa yang telah kita bahas dalam pembahasan fi’il, dimana kita sebutkan tashrif dari fi’il madhi, fi’il mudhori dan amr.
• Tashrif istilahi adalah tashrifan yang digunakan untuk mengetahui bentuk shighot dari suatu kata, dari fi’il madhi sampai dengan isim alat.
Perhatikan gambar tashrif istilahi berikut.



Gambar di atas merupakan salah satu dari 22 bentuk perubahan dari tashrif istilahi yang akan kita paparkan secara bertahap.
Adapun penjelasan mengenai maksud tiap-tiap jenis dari gambar di atas pada pelajaran selanjutnya.
Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal
Tinggalkan komentar Go to comments
Kata kerja dalam Bahasa Arab / kalimah fi’il, ada yang shahih dan ada yang mu’tal. Pengertian Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (و – ا – ي). Pengertian Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (و – ا – ي).
الصَّحِيْحُ وِالْمُعْتَلُّ
BAB SHAHIH DAN MU’TAL

1. Fi’il Shahih
Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:
1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim (lihat Bina’ shahih di page Belajar I’lal – BINA’ SHAHIH)
2. Fi’il bina’ Mahmuz (tentang Bina’ Mahmuz di page Belajar I’lal – BINA’ MAHMUZ)
3. Fi’il bina’ Mudha’af (tentang Bina’ Mudha’af di page Belajar I’lal - BINA’ MUDHA’AF)

1. Fi’il Mu’tal
Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:
1. Fi’il Bina’ Mitsal (tentang Bina’ Mitsal di page Belajar I’lal - BINA’ MITSAL)
2. Fi’il bina’ Ajwaf (tentang Bina’ Ajwaf di page Belajar I’lal - BINA’ AJWAF)
3. Fi’il bina’ Naqish (tentang Bina’ Naqish di page Belajar I’lal - BINA’ NAQIS)
4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq (tentang Bina’ Lafif Mafruq di page Belajar I’lal - BINA’ LAFIF)
5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun (tentang Bina’ Lafif Maqrun di page Belajar I’lal – BINA’ LAFIF)
◊◊◊
Pengamalan Tashrif Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal.
Untuk Bina’ shahih atau Fi’il Salim, ia tidak mengalami perubahan dalam mengikuti standar wazannya (tashrif ishthilahi) pun ketika musnad/disandarkan kepada Isim Dhamir atau Isim Zhahir –tunggal/dual/jamak (tashrif secara lughawi). Contoh untuk bina’ shahih نَصَرَ :
MUSNAD KEPADA FI’IL MUDHARI’ FI’IL MADHI
Orang ketiga male يَنْصُرُ يَنْصُرانِ يَنْصُرونَ نَصَرَ نَصَرَا نَصَرُوا
Orang ketiga female تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ يَنْصُرْنَ نَصَرَتْ نصَرتَا نَصَرْنَ
Orang kedua male تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ تَنْصُرُوْنَ نَصَرْتَ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُمْ
Orang kedua female تَنْصُرِيْنَ تَنْصُرَانِ تَنْصُرْنَ نَصَرْتِ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُنَّ
Orang pertama أَنْصُرُ نَنْصُرُ نَصَرْتُ نَصَرْنَا
Untuk tiap Fi’il selain Bina’ Shahih, diberlakukan juga seperti tashrif Bina’ Shahih didalam mengikuti wazannya tanpa mengalami perubahan yg berarti, kecuali sebagai berikut:
1. Bina’ Mahmuz, jika pada awal kalimahnya terdapat dua hamzah beriringan, maka hamzah yang kedua diganti Huruf Mad yang sesuai dengan harkah hamzah yang pertama (lihat » Kaidah I’lal ke 11).
→ Pelainan bagi lafazh أَخَذَ – أَكَلَ – أَمَر yang harus membuang hamzah kedua-duanya pada bentuk Fi’il Amarnya menjadi خُذْ – كُلْ – مُرْ.
→ Juga lafazh رَأَىْ dibuang Hamzahnya ‘ain fi’ilnya pada bentuk fi’il mudhari’ dan fi’il amarnya, menjadi يُرَىْ – رَ .
→ Juga lafazh أََََرَىْ yg berwazan أَفْعَلَ dibuang Hamzah ’ain fi’ilnya pada semua bentuk tashrifannya, menjadi أَرَىْ – يُرَىْ – أَرَ.
2. Bina’ Mudha’af, harus mengalami proses Idgham yaitu memasukkan salah satu dari dua huruf yang sejenis pada salah satu yang lannya, contohمَدَّ – يَمُدُّ. ( lihat » Kaidah I’lal ke 10)
→ Jika huruf yang pertama berharkah dan yang kedua sukun, maka tidak boleh di-idgham bilamana sukunnya karena bersambung dengan dhamir rafa’ mutaharrik, contoh: مَدَدْتُ – يَمْدُدْن
→ Jika dijazemkan pada Fi’il Mudhari’nya atau jika dibentuk Fi’il Amar. maka boleh memilih dua pilihan; tetap di-idgham atau tanpa di-idgham. contoh: لم يَمُدّ – مُدّ atau لم يَمْدُد – اُمْدُد. Bilamana di-idghamkan maka boleh harkah terakhir diharkati Fathah karena ringan, atau diharkati Kasrah karena asal takhallush, atau diharkati Dhammah karena mengikuti harkah ‘Ain Fi’il-nya. maka untuk lafazh مدّ boleh tiga pemilihan karakah. dan untuk lafadz عضّ boleh dua pemilihan harakah.
3. Bina’ Mitsal, dibuang Fa’ Fi’ilnya pada bentuk Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar-nya bilamana ia Bina’ Mitsal Wawiy dan ‘Ain Fi’ilnya ber-harkah kasrah. contoh: يعد – يزن – عد – زن. (lihat » Kaidah I’lal ke 7).
→ Maka tidak boleh dibuang yg seperti contoh ينَعَ – يينَع
→ Pelainan atau Syadz untuk lafazh يدَع – يذَر – يسَع – يضَع – يطَأ – يقَع – يهَب.
4. Bina’ Ajwaf, dibuang ‘Ain Fi’ilnya, jika huruf terakhir disukunkan karena jazm atau dibentuk Fi’il Amar. contoh: لم يقم – لم يبع – لم يخف – قم – بع – خف. (lihat » Kaidah I’lal ke 9 )
→ Demikian juga dibuang Ain Fi’ilnya, bilamana bersambung dengan Dhomir Rofa’ Mutaharrik, contoh: قمت – بعنا – خفتم – يقمن – يبعن – خفن. dalam hal ini huruf pertamanya ada yang diharkati Dhammah ataupun Kasrah, untuk menunjukkan pada bentuk huruf yang dibuang wau atau ya’, seperti contoh قمت dan بعت. dan terkadang diharkati Kasrah untuk menunjukkan pada Harkahnya huruf yang dibuang, seperti kita lihat pada contoh خفتم.
5. Bina’ Naqish, dibuang Lam Fi’ilnya bilamana bersambung dengan dhamir Wau Jama’ atau Ya’ muannats mukhatabah kemudian pada ‘ain fi’ilnya diharkati dengan harkah yang sesuai dengan huruf dhamir tsb seperti contoh رَضُوا – تَدْعِيْن kecuali jika Lam Fi’ilnya yang dibuang itu berupa Alif, maka ‘Ain fi’ilnya tetap lazim berharkah Fathah contoh: سعَوا – تخشَين. (proses lanjutan dari Kaidah I’lal ke 5 dan juga Kaidah I’lal ke 1)
→ Juga dibuang Lam Fi’ilnya bilamana ia berupa Alif (atau setelah proses Kaidah I’lal ke 1 ) dan bersambung dengan Ta’ ta’nits contoh: رَمَتْ – رَمَتَا. Tapi bilamana ia bersambung dengan selain dhamir Wau atau Ya’ (dari dhamir bariz muttashil), maka tidak boleh dibuang akan tetapi dikembalikan pada huruf asalnya (sebelum proses Kaidah I’lal ke 1) demikian ini untuk Fi’il tiga huruf contoh غَزَوْتُ – رَمَيْتُ – غَزَوَا – رَمَيَا. dan diganti Ya’ bilamana termasuk pada fi’il empat huruf, contoh: أَغْزَيْتُ – اِهْتَدَيَا – يُسْتَدْعَيْنَ.
6. Bina’ Lafif Mafruq, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Mitsal dan Bina’ Naqish.
7. Bina’ Lafif Maqrun, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Naqish saja.
Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar
Tinggalkan komentar Go to comments
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya س, سوف, لن, أن, ان. Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh: لَمْ يَقْرَأْ artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh أضرب
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh نضرب
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh يضرب, يضربان, يضوبون, يضربن
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh تضرب, تضربا, تضربون , تضربين, تضربن
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa pembicara. contoh: اقْرأْ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh اقْرَأَنَّ = sungguh bacalah.
Pelajaran terkait
Pembahasan Kata Kerja
• Fiil Madhi, Fiil Mudhori’, Fiil Amar
• Isim Fiil
• Isim Aswat
• Mujarrod dan Mazid
• Jamid dan Mutashorrif
• Hamzah Washal dan Hamzah Qotho’
• Shahih dan Mu’tal
• Tam dan Naqis
• Lazim dan Muta’addi
• Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul
• Pembahasan Taukid dan Hubungannya
• Mu’rob dan Mabni
• Fi’il Nashab dan letaknya
• Fi’il Jazm dan letaknya
• Fi’il Rofa’ dan letaknya
• I’rob Takdir Kalimah Fiil
Share this:








Komentar (7) Lacak Balik (1) Tinggalkan komentar Lacak balik
1.
alan
5 Desember 2010 pukul 09:12 | #1
Balas | Kutip
Tinggalkan komentar Go to comments
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya س, سوف, لن, أن, ان. Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh: لَمْ يَقْرَأْ artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh أضرب
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh نضرب
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh يضرب, يضربان, يضوبون, يضربن
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh تضرب, تضربا, تضربون , تضربين, تضربن
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa pembicara. contoh: اقْرأْ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh اقْرَأَنَّ = sungguh bacalah.

Minggu, 13 November 2011

Manfaat dapat Takzir "Shobakhul Lughoh" di Ma`had . .:)

1. Life is a continuous learning process, and everybody is as student in some areas and a teacher in others.".
"Kehidupan adalah proses belajar yang berkesinambungan, dan setiap orang berperan sebagai seorang murid di beberapa bidang dan sebagai seorang guru di bidang lainnya."

2. Better is the one lightly esteemed but working for him self than the one glorifying but in waht of bread.
“Lebih baik menjadi orang kecil tetapi bekerja sendiri, dari pada berlagak orang besar tapi meminta-minta”.

3. Love`s coming is never known , but goes be leaving footprints.
"Datangnya cinta tak pernah diketahui, tetapi perginya meninggalkan bekas"

4. Don’t be sad for having no high position, you`d better think of keeping your own role.
“Jangan bersedih hati karena tidak menduduiki jabatan yang tinggi, lebih baik memikirkan cara memegang peranan yang cocok dengan kepribadianmu"

5. Don’t be sorry for one failure, Edison has failed 10.000 times before he succesed in making light bulb.
"Jangan cemas kalau baru gagal sekali. Edison gagal 10.000 kali sebelum berhasil menyempurnakan bola lampu pijar".

6. One may build a huton the sand but building a house must be on the strong foundation.
" Boleh orang membangun gubuk di atas pasir tetapi membangun gedung harus diatas pondasi yang kuat"

7. If you see a great man, think of being like him. If you feel you are low-spiritted, look over youself.
" Apabila anda melihat orang yang berjiwa besar, pertimbangkanlah untuk menjadi seperti dia. Sebaliknya jika andaorang yang berjiwa kecil, putusakanlah dan periksalah diri anda sendiri".

8. Jealousy is only loneliness among smilling enemies.
“Cemburu tidak lebih dari merasa sendirian diantara musuh-musuh tersenyum”.

9. I always hope even the hopes don’t always prove!
"Harapan-harapan saya sering tidak terbukti, namun saya selalu mengharap”

10. Most girls like to seem beautiful than seem clever, because the man are cleverer to see than to think.
"Sebagian besar gadis-gadis lebih suka kelihatan cantik dari pada cerdik, sebab sebagian kaum pria lebih pandai melihat dari pada berfikir”

About me

^_ Chafa Zurey _^